Kamis, 29 Agustus 2019

Client Centered Theory


 Client Centered Theory
1.      Pengertian  Client Centered
Carl  R. Rogers mengembangkan terapi client centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client  centered adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya  sendiri. Menurut Rogers yang dikutip oleh Gerald Corey menyebutkan bahwa: terapi client centered merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner  dan konselor hanya  sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.[1]
Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti  terapi client centered adalah klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran- pikirannya secara bebas. Pendekatan ini juga mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasinya maslah sendiri.[2]
Jadi terapi client centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya.
2.      Pandangan tentang sifat manusia. 
Teori Rogers  tentang pandangan manusia yang di kutip oleh Prayitno dan Erman Amti disebutkan bahwa terapi ini sering juga disebut dengan pendekatan yang beraliran humanistik. Yang mana menekankan pentingnya pengembangan potensi dan kemampuan secara hakiki ada pada setiap individu. Potensi dan kemampuan yang telah berkembang itu menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan- tujuan hidupnya.[3]
Manusia merupakan makhluk sosial dimana keberadaan setiap manusia ingin dihargai, dan diakui keberadaannya serta mendapatkan penghargaan yang positif dari orang lain dan rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling mendasar dan pokok dalamhidup manusia. Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan–kecenderungan negatif dasar.[4]
Hakikat manusia menurut Rogers adalah sebagai berikut:[5]
a.       Setiap manusia berhak mempunyai setumpuk pandangan sendiri dan menentukan haluan hidupnya sendiri, serta bebas untuk mengejar kepentingannya sendiri selamatidak melanggar hak-hak orang lain.
b.      Manusia, seperti makhluk hidup yang lain, membawa dalam dirinya sendiri kemampuan, dorongan, dan kecenderungan untuk mengembangkan diri sendiri semaksimal mungkin.
c.       Seseorang akan menghadapi persoalan jika unsur-unsur dalam gambaran terhadap hdiri sendiri timbul konflik dan pertentangan, terlebih antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self).
d.      Manusia pada dasarnya berahlak baik, dapat diandalkan, dapat dipercayakan, cenderung bertindak secara konstruktif. Naluri manusia berkeinginan baik,bagi dirinya sendiri dan orang lain. Rogers berpendapat optimis terhadap daya kemampuan yang terkandung dalam batin manusia.  
e.       Cara berfikir seseorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya, selalu  sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapinya.




3.      Konsep Teori Kepribadian dalam Terapi Client Centered
Rogers sebenarnya tidak terlalu memberi perhatian kepada teori kepribadian. Baginya cara mengubah  dan perihatian terhadap proses perubahan kepribadian jauh lebih penting dari pada karakteristik kepribadian itu sendiri. Namun demikian, karena dalam proses konseling selalu memperhatikan perubahan- perubahan kepribadian, maka atas dasar pengalaman klinisnya Rogers memiliki pandangan-pandangan khusus mengenai kepribadian, yang sekaligus menjadi dasar dalam menerapkan asumsi-asumsinya terhadap proses konseling.
Kepribadian menurut Rogers merupakan hasil dari interaksi yang terus-menerus antara organism, self, dan medan fenomenal. Untuk memahami perkembangan kepribadian  perlu dibahas tentang dinamika kepribadian sebagai berikut:[6]
a.       Penghargaan Positif Dari Orang Lain
Self berkembang dari interaksi yang dilakukan organism dengan realitas lingkungannya, dan  hasil interaksi ini menjadi pengalaman bagi individu. Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh adalah orang-orang yang bermakna baginya, seperti orang tua atau terdekat lainnya. Seseorang akan berkembang secara positif jika dalam berinteraksi itu mendapatkan penghargaan, penerimaan, dan cinta dari orang lain.
b.      Kecenderungan Mengaktualisasi
Rogers beranggapan bahwa organism manusia adalah unik dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, mengontrol dirinya dan mengembangkan potensinya..
c.       Person yang Berfungsi Utuh
Individu yang terpenuhi kebutuhannya, yaitu memperoleh penghargaan positif tanpa syarat dan mengalami penghargaan diri, akan dapat mencapai kondisi yang kongruensi antara self dan pengalamannya, pada akhirnya dia akan dapat mencapai penyesuaian psikologis secara baik




4.      Ciri-ciri terapi Client Centered
Ciri-ciri konseling berpusat pada person sebagai berikut: [7]
a.       Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah.
b.      Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
c.       Masa kini lebih banyak diperhatikakn dari pada masa lalu.
d.      Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling.
e.       Proses terapi merupakan penyerasian  antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya.
Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapetik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif.

5.      Perilaku Bermasalah dalam Terapi Client- Centered
Klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas maslah- masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaana di letakkan pada keasanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri.  Kesehatan mental adalah  keselarasan antara diri ideal dengan diri riil. Pribadi yang penyesuaiannya  baik sangat erat hubungannya dengan pengalaman individu, yaitu segenap  pengalamannya diasimilasikan dan disadari ke dalam hubungan yang selaras dengan konsepsi self. Sebaiknya, penyesuaian psikologis yang salah terjadi apabila konsepsi self menolak menjadi sadar pengalaman, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan tidak diorganisasikan ke dalam struktur self secara utuh.[8]
Menurut Rogers, pembentukan self berhubungan dengan pengalamannya. Hubungan self dengan pengalaman seseorang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.  Kongruensi, pengalaman yang sesuai dengan self
2.  Tidak kongruensi, pengalaman yang tidak sesuai dengan self
3.  Self yang tidak memiliki hubungan dengan pengalaman 
Berdasarkan uraian-uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan karakteristik perilaku bermasalah adalah adalah: pengasingan yaitu orang yang tidak memperoleh penghargaan secara positif dari orang lain, ketidak selarasan antara pengalaman dan self, mengalami kecemasan yang ditunjukkan oleh ketidakkonsistenan mengenai konsep dirinya, defensive, dan berperilaku yang salah penyesuaiannya. [9]

6.      Tujuan Terapi Client Centered
Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membatu klien  untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan  terapi tersebut perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal- hal yang ada di balik topeng yang dikenakannya.[10]
Tujuan dasar dari layanan  client centered yaitu sebagai berikut: [11]
a)      Keterbukaan kepada pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa mengubah empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
b)      Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Pada tahap permulaan terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan terhadap putusan-putusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara khas mencari saran dan jawaban-jawaban dari luar karena pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri.
c)      Tempat evaluasi internal
Tempat evaluasi internal yang berkaitan dengan  kepercayaan diri, berrati lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d)     Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Meskipun klien boleh jadi menjalani terapi untuk sejenis formula untuk membangun keadaan berhasi dan berbahagia  , mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. 

7.       Peran konselor dalam terapi Client Centered
Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien. Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu menumbuhkan hubungan konseling.[12]
Selain peranan di atas, peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan jalan menciptakan hubungan konseling yang hangat. Dalam suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan” yang mendorong terjadinya  perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut.[13]

8.      Prosedur dalam terapi Client- Centered
Tahapan konseling berpusat pada person menurut Boy dan Pine jika dilihat dari apa yang dilakukan konselor dapat di buat dua tahap.
Pertama, tahap membangun hubungan terapeutik, menciptakan kondisi fasilitatif dan hubungan yang subtantif seperti empati, kejujuran, ketulusan, penghargaan dan positif  tanpa syarat. Tahap Kedua, tahap kelanjutan yang disesuaikan dengan efektifitas hubungan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Sedangkan jika dilihat dari segi pengalaman klien dalam proses hubungan konseling dapat di jabarkan bahwa proses konseling dapat di bagi menjadi empat tahap, yaitu:[14] .
a)      Klien datang kepada konselor  dengan mimik wajah yang sangat kusam, takut, pakaian keadaan tidak rapi. Seakan-akan masalah yang dihadapinya sangat besar.
b)      Klien datang kepada konselor dan mempunyai harapan dapat memperoleh bantuan, kemudian konselor memberikan alternative bantuan.
c)      Pada saat awal proses konseling  konseli datang dengan sikap yang ragu- ragu, takut. Pada saat konseli ditanya oleh konselor maka jawaban yang diberikan oleh konseli belum bisa berterus terang, sehingga membutuhkan waktu untuk  selanjutnya, dan usaha yang dilakukan oleh konselor adalah menanamkan kepada konseli.
d)     Pada tahap terapi yang terakhir ini konseli mulai menghilangkan sikap takut, dan ragu- ragu. Sehingga konseli sudah mulai terbuka didepan konselor tentang permasalahan yang dialaminya, dan konseli mulai menceritakan hal-hal dengan permasalahan yang dihadapi.

9.      Teknik terapi Client Centered
Secara garis besar teknik terapi Client Centered yakni:[15]
a)      Konselor menciptakan suasana  komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi.
b)      Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka, yang menyakinkan konseli dia diterima dan dipahami.
c)      Konselor memungkinkan konseli untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.







BAB III
KESIMPULAN
Terapi client centered merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membatu klien  untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Konsep perkembangan kepribadian menurut Rogers sebagai berikut: penghargaan positif dari orang lain, kecenderungan mengaktualisasi, dan person yang berfungsi utuh.
Sedangkan terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran daripada dengan dimensi-dimensi perasaan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam rasional-emotif adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu dengan cara mengubah cara berfikir dan keyakinan klien irasional menuju cara berpikir yang rasional, sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagian hidupnya. Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek REBT antara lain: A (Antecedent event), B (Belief),dan C (Emotional Consequence).




DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2003. Teori Dan Praktik Konseling & Psikoterapi. Bandung:PT. Rafika Aditama
Jones, Richard Neldson. 2011. Teori Dan Praktik Konseling Dan Terapi. Yoyakarta: Pustaka Pelajar
Latipun. 2008. Psikologi Konseling, Malang : UMM Press.
Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta: Kencana
Pihasniwati. 2008. Psikologi Konseling. Yogyakarta : Teras
Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Pengantar Psikologi Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia
Winkel, WS. 2007. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : PT Grasindo.




[1] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 2009), hlm.91.
[2] Prayitno dan Erman Amti,  Dasar- Dasar Bimbingan Konseling, ( Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), hlm. 300.
[3] Prayitno dan Erman Amti,  Dasar- Dasar Bimbingan Konseling, ( Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), hlm. 101.
[4] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, hlm. 91.
[5] WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : PT Grasindo, 2007), hlm. 39.
[6] WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : PT Grasindo, 2007), hlm. 93

[7] Pihasniwati, Psikologi Konseling, (Yogyakarta : Teras, 2008), hlm.128.
[8] Ibid, hlm.125
[9] Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2008), hlm.98.
[10] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, hlm.94.
[11] Ibid,.hlm.96.
[12] Latipun, Psikologi Konseling, hlm.106.
[13] Prayitno dan Erman Amti, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), hlm.300.
[14] Ibid,.hlm.10.
[15] WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling, hlm.402.   


Together But Alone

via brightside.me

Together but Alone, istilah yang sedang tren saat ini. Tahukah kalian yang dimaksud dengan istilah tersebut. Bersama namun merasa sendiri, yakni keadaan atau kondisi kebersamaan yang semu. Secara fisik bersama namun secara psikis masing-masing ada di dunianya sendiri. Setiap anggota keluarga yang berkumpul sibuk dengan kegiatannya sendiri, tanpa adanya interaksi yang harmonis diantara sesama. Setiap orang fokus dan asyik dengan aktivitasnya sendiri tanpa peduli dengan keberadaan anggota keluarga lain yang ada disampingnya. Kalaupun ada sapa namun hanya sebatas senyum dan say hello sebatas saja. Ada ruang hati yang kosong dalam kebersamaan jenis ini, setiap orang hanya peduli dengan dirinya sendiri padahal dalam lingkungan yang sama.
Akibat negatif akan muncul dari hubungan together but alone. Setiap anggota keluarga akan merasa individualistis, kebersamaan dalam keluarga menjadi hambar, fokus pada dunianya sendiri, kurang adanya hubungan sosial yang penuh empati, kasih sayang orang tua tergantikan oleh media sosial, seorang anak kering secara psikologis, rapuh dalam manajemen diri seorang anak, kebutuhan tinggi terhadap pengakuan sosial di dunia maya, tidak tumbuh rasa saling membantu dan merasakan suka duka, perbedaan yang signifikan antara penampilan nyata dengan di dunia maya. Secara fisik dan psikis fenomena together but alone menjadikan dampak negatif yang berpengaruh terhadap perkembangan anak dan hubungan antar anggota keluarga.
Sebenarnya fenomena together but alone tidak hanya terjadi dalam keluarga saja, namun juga dalam interaksi sosial antar sesama. Bersama dalam sebuah forum maupun kegiatan, namun setiap orang hanya fokus pada dirinya sendiri dengan media sosial. Sering kita menemui ketika berada dalam sebuah seminar atau diskusi, pembicara dengan antusias menyampaikan gagasan dan materinya, namun sebagian peserta malah fokus dengan gawai yang dipegangnya. Makan bersama teman, bukannya berbicara dengan temannya sambil menikmati makanan, namun yang sering terjadi adalah memfoto makanan kemudian diuplod dan fokus dengan komentar yang muncul. Suasana kebersamaan yang seharusnya tumbuh dan menguatkan justru menjadi hambar dan terasa dingin tidak menyenangkan.
Fenomena together but alone disebabkan oleh media komunikasi yang sekarang sudah canggih, namun tidak dimanfaatkan dengan baik oleh setiap orang. HP atau handphone sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Handphone yang sering kita sebut sebagai ponsel pintar atau gawai dalam istilah bakunya, sekarang ini kedudukannya sudah menjadi kebutuhan primer. Setiap orang membutuhkannya dalam rangka komunikasi efektif dan proses pencarian informasi. Gawai yang telah menjadi kebutuhan hidup, disamping memiliki manfaat namun disisi lain ada dampak negatif yang ditimbulkannya. Ada dua sisi mata pisau yang menyertai, gawai bisa menjadikan komunikasi antara sesama menjadi mudah dan murah, pencarian informasi menjadi mudah dan kita dapat mengakses segala konten yang ada dalam ponsel pintar dimanapun dan kapanpun kita butuhkan. Namun jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi bumerang bagi hubungan sosial yang harmonis.
Walaupun banyak manfaat yang ditimbulkan oleh gawai dalam kehidupan, dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Gawai dapat menjadikan sesorang hanya fokus didunia maya. Interaksi sosial antar manusia menjadi terhambat karena setiap orang hanya eksis dengan gawainya. Adanya konten-konten negatif yang terkadang menyertai dalam akses dalam gawai. Terjadinya bullying dalam dunia maya melalui update status dan komentar yang diunggah. Setiap orang menjadi individualis dalam komunitas sosial medianya sendiri, kebutuhan pengakuan sosial, saling bersaing di dunia maya, terjadinya tindak kekerasan dan kejahatan serta fenomena lain yang menyertainya. Penggunaan gawai membutuhkan pengendalian diri dan manajemen waktu yang baik. Pengendalian diri dalam menggunkan dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.
Upaya untuk menghindari fenomena together but alone dalam keluarga dan hubungan sosial dengan teman adalah dengan mengendalikan diri dalam penggunaan gawai. Pemanfaatan media komunikasi dalam media sosial bukan sebagai ajang untuk pamer, debat kusir, menunjukkan kalao dirinya benar, show up, menyebarkan berita hoax, mencari status pengakuan dan sarana menyebarkan kebencian, namun gunakanlah gawai sebagai media komunikasi dan menyampaikan informasi yang benar serta menjalin silaturahmi. Kendalikan diri untuk upload atau komentar yang tidak penting, menganilisis sumber berita yang diterima dan tidak mudah terbawa emosi. Dalam hubungan antar anggota keluarga dan teman, letakkan gawai kita untuk menjalin hubungan interaksi yang nyaman dan santai. Saling menanyakan kabar, tersenyum dan bercerita dalam suasana yang menyenangkan. Berikan kasih sayang yang penuh orang tua kepada anak walupun ditengah kesibukan yang padat, sempatkan diri untuk membersamai anak-anak. Kasih sayang orang tua merupakan kebutuhan utama setiap anak, materi tidak dapat menggantikan kasih sayang yang diberikan. Penuhi jiwa anak dengan pujian dan dukungan secara psikis agar tidak mencari pengakuan di dunia maya. Kebersamaan adalah aspek penting dalam hubungan antar keluarga dan teman. Hindari together but alone untuk interaksi sosial yang memberdayakan.

Senin, 26 Agustus 2019

Review Rumah Belajar: Buku Seri Gemilang “Aku Ingin Tahu” dan “Air Minum Sehat


Review Rumah Belajar: Buku Seri Gemilang “Aku Ingin Tahu” dan “Air Minum Sehat

Selamat siang bapak ibu sekalian, salam sehat…..salam semangat….salam VCI. Pada kesempatan ini saya akan membuat review materi materi di rumahbelajar.id sebagai salah satu penugasan dalam pelatihan Virtual Coordinator Training Batch 5 Jateng-DIY. Review pertama ini saya ambil dari Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan judul “Aku Ingin Tahu” dan “Air Minum Sehat”

Mari kita mulai dari review pertama. Tim yang berperan dalam buku ini adalah Penulis   : Ignatia Prabani Setiowati, Ilustrator   : Saut Marpaung, Penyunting Naskah : Farika Pandji, Penyunting Ilustrasi: Grace Mailuhu dan Penyunting Bahasa : Wahyu Kuncoro. Tujuan penulisan  buku  bacaan  ini  diharapkan  dapat  membantu  anak  didik  agar  memiliki  kemampuan  minat baca  yang  tinggi.  Anak didik  diharapkan  bukan  hanya  memiliki kemampuan  memahami informasi  secara tertulis, tetapi juga kemampuan dalam memahami nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Terutama budaya dari  wilayah  ufuk  timur  Nusantara,  yaitu  budaya  Papua.
Buku ini menceritakan mengenai rasa ingin tahu seorang anak yang bernama, Amos saat melihat suatu benda yang menimbulkan rasa ingin tahu nya, mengenai benda apakah itu. Dia bertanya dengan teman, orang tua dan guru mengenai benda tersebut dan akhirnya mencari bahan-bahan diperpustakaan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail. Buku ini mengarahkan kepada anak untuk selalu berekplorasi dan bereksperimen untuk mengetahui hal-hal baru yang positif dan membangun budaya berani bertanya mengenai sesuatu hal agar mendapatkan informasi yang tepat.
Keunggulan dari buku ini adalah menumbuhkan rasa ingin tahu anak mengenai sesuatu hal dan mengarahkan diri untuk berani bertanya dan mencari informasi secara tepat. Cocok sebagai bahan bacaan anak-anak untuk menumbuhkan budaya literasi sekolah. Kekurangan dalam buku ini adalah ilustrasi gambar yang masih perlu diperhalus, dan belum adanya langkah anak untuk mengemukakan jawaban dari keingintahuannya. Saran untuk buku ini adalah adanya perbaikan pada gambar ilustrasi agar lebih menarik, adanya penulisan hasil dari informasi yang didapat dan menyampaikan ke teman-temannya agar tumbuh semangat anak untuk berani bertanya, mencari informasi dan mendemontrasikan.

Lanjut, review rumah belajar 2: Buku Seri Gemilang “Air Minum Sehat”. Buku ini ditulis oleh tim Penulis   : Adi Sumunar, Ilustrator   : Rahman Murzaman, Penyunting Naskah : Farika Pandji, Penyunting Ilustrasi: Grace Mailuhu, Penyunting Bahasa : Wahyu Kuncoro. Tujuan dari penulisan buku ini adalah sama untuk menumbuhkan minat baca anak.
Dalam buku ini menceritakan mengenai seekor burung kakak tua yang bernama momo mencari sumber air bersih yang dia dengar dari sebuah sekolah. Momo mencari air bersih yang tidak berbau dan berwarna, namun dia malah menemukan air yang asin dan air berwarna coklat. Akhirnya momo menemukan sebuah air jernih yang dimaksud sebagai air bersih. Ini menggambarkan sebuah usaha yang tak kenal lelah.
Kelebihan ini adalah isi yang menggugah untuk membacanya dan ilustrasi gambarnya sesuai dengan konten cerita. Kekurangan buku ini adalah belum eksplorasi sumber air bersih dan pemanfaatnnya. Saran yang saya berikan adalah adanya tambahan dialog mengenai sumber air bersih, pemanfaatan dan akibat jika tidak memanfaatkan air dengan baik.
Berikut ini link STT (speech to teks) TTS (teks to speech) :
1. STT (speech to teks) https://youtu.be/aO2D43F9VRY
2. TTS (teks to speech) https://youtu.be/OTLwsnPBEfU
terima kasih semoga bermanfaat.

Minggu, 18 Agustus 2019

PRESENTER KE 2 VCI
Mengenal Desain Riset Eksperimen Dalam Pendidikan


Salam Hebat, Salam semangat

Edisi spesial untuk penggiat dunia pendidikan. Penelitian adalah sebuah menu wajib dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam rangka lebih mengenal salah satu desian penelitian yakni penelitian eksperimen. Ikuti kuliah vitual edisi spesial dengan tema

Mengenal Desain Riset Eksperimen Dalam Pendidikan

Presenter   : Suwi Wahyu Utami, S. Pd (SMPIT Abu Bakar Yk)
Host            : Rusmi Aswiyati, S. Pd (SMPIT Abu Bakar Yk)
Moderator.  : Acep Yonny,  S. S (SMPIT Abu Bakar Yk)

Pelaksanaan pada:
Hari /tgl : Selasa, 13 Agustus 2019
Waktu    : Sesi 3 (10.00-10.50)
Meeting room : http://gg.gg/VCTroomA_Sesi3_Eksperimen
Meeting Number : 570 771 394
Pasword : 12345

Jangan sampai ketinggalan.
Join Us

Sabtu, 17 Agustus 2019

Presenter VCI Tahap I

Presenter VCI Tahap I
Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar
Selamat belajar dan semangat selalu

Belajar sebagai suatu kebutuhan setiap manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan,  namun kadang terjadi masalah belajar salah satunya adanya merasa jenuh. Bagaimana cara menyelesaikan nya. 
Ikuti kuliah online malam ini 

Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar
Hari/tgl: Jumat,  9 Agustus 2019
Waktu: Sesi 11 (20.00-20.50)
Presenter: Suwi Wahyu Utami,  S. Pd. 
Host: Rusmi Aswiyati, S. Pd. 
Moderator: Acep Yonny,  S. S

Meeting link : http://gg.gg/vctroomA_9agustsesi11_belajar
Meeting number: 573 840 341
Pasword: 12345

Ditunggu ya😊