Kamis, 29 Agustus 2019


Together But Alone

via brightside.me

Together but Alone, istilah yang sedang tren saat ini. Tahukah kalian yang dimaksud dengan istilah tersebut. Bersama namun merasa sendiri, yakni keadaan atau kondisi kebersamaan yang semu. Secara fisik bersama namun secara psikis masing-masing ada di dunianya sendiri. Setiap anggota keluarga yang berkumpul sibuk dengan kegiatannya sendiri, tanpa adanya interaksi yang harmonis diantara sesama. Setiap orang fokus dan asyik dengan aktivitasnya sendiri tanpa peduli dengan keberadaan anggota keluarga lain yang ada disampingnya. Kalaupun ada sapa namun hanya sebatas senyum dan say hello sebatas saja. Ada ruang hati yang kosong dalam kebersamaan jenis ini, setiap orang hanya peduli dengan dirinya sendiri padahal dalam lingkungan yang sama.
Akibat negatif akan muncul dari hubungan together but alone. Setiap anggota keluarga akan merasa individualistis, kebersamaan dalam keluarga menjadi hambar, fokus pada dunianya sendiri, kurang adanya hubungan sosial yang penuh empati, kasih sayang orang tua tergantikan oleh media sosial, seorang anak kering secara psikologis, rapuh dalam manajemen diri seorang anak, kebutuhan tinggi terhadap pengakuan sosial di dunia maya, tidak tumbuh rasa saling membantu dan merasakan suka duka, perbedaan yang signifikan antara penampilan nyata dengan di dunia maya. Secara fisik dan psikis fenomena together but alone menjadikan dampak negatif yang berpengaruh terhadap perkembangan anak dan hubungan antar anggota keluarga.
Sebenarnya fenomena together but alone tidak hanya terjadi dalam keluarga saja, namun juga dalam interaksi sosial antar sesama. Bersama dalam sebuah forum maupun kegiatan, namun setiap orang hanya fokus pada dirinya sendiri dengan media sosial. Sering kita menemui ketika berada dalam sebuah seminar atau diskusi, pembicara dengan antusias menyampaikan gagasan dan materinya, namun sebagian peserta malah fokus dengan gawai yang dipegangnya. Makan bersama teman, bukannya berbicara dengan temannya sambil menikmati makanan, namun yang sering terjadi adalah memfoto makanan kemudian diuplod dan fokus dengan komentar yang muncul. Suasana kebersamaan yang seharusnya tumbuh dan menguatkan justru menjadi hambar dan terasa dingin tidak menyenangkan.
Fenomena together but alone disebabkan oleh media komunikasi yang sekarang sudah canggih, namun tidak dimanfaatkan dengan baik oleh setiap orang. HP atau handphone sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Handphone yang sering kita sebut sebagai ponsel pintar atau gawai dalam istilah bakunya, sekarang ini kedudukannya sudah menjadi kebutuhan primer. Setiap orang membutuhkannya dalam rangka komunikasi efektif dan proses pencarian informasi. Gawai yang telah menjadi kebutuhan hidup, disamping memiliki manfaat namun disisi lain ada dampak negatif yang ditimbulkannya. Ada dua sisi mata pisau yang menyertai, gawai bisa menjadikan komunikasi antara sesama menjadi mudah dan murah, pencarian informasi menjadi mudah dan kita dapat mengakses segala konten yang ada dalam ponsel pintar dimanapun dan kapanpun kita butuhkan. Namun jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi bumerang bagi hubungan sosial yang harmonis.
Walaupun banyak manfaat yang ditimbulkan oleh gawai dalam kehidupan, dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Gawai dapat menjadikan sesorang hanya fokus didunia maya. Interaksi sosial antar manusia menjadi terhambat karena setiap orang hanya eksis dengan gawainya. Adanya konten-konten negatif yang terkadang menyertai dalam akses dalam gawai. Terjadinya bullying dalam dunia maya melalui update status dan komentar yang diunggah. Setiap orang menjadi individualis dalam komunitas sosial medianya sendiri, kebutuhan pengakuan sosial, saling bersaing di dunia maya, terjadinya tindak kekerasan dan kejahatan serta fenomena lain yang menyertainya. Penggunaan gawai membutuhkan pengendalian diri dan manajemen waktu yang baik. Pengendalian diri dalam menggunkan dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.
Upaya untuk menghindari fenomena together but alone dalam keluarga dan hubungan sosial dengan teman adalah dengan mengendalikan diri dalam penggunaan gawai. Pemanfaatan media komunikasi dalam media sosial bukan sebagai ajang untuk pamer, debat kusir, menunjukkan kalao dirinya benar, show up, menyebarkan berita hoax, mencari status pengakuan dan sarana menyebarkan kebencian, namun gunakanlah gawai sebagai media komunikasi dan menyampaikan informasi yang benar serta menjalin silaturahmi. Kendalikan diri untuk upload atau komentar yang tidak penting, menganilisis sumber berita yang diterima dan tidak mudah terbawa emosi. Dalam hubungan antar anggota keluarga dan teman, letakkan gawai kita untuk menjalin hubungan interaksi yang nyaman dan santai. Saling menanyakan kabar, tersenyum dan bercerita dalam suasana yang menyenangkan. Berikan kasih sayang yang penuh orang tua kepada anak walupun ditengah kesibukan yang padat, sempatkan diri untuk membersamai anak-anak. Kasih sayang orang tua merupakan kebutuhan utama setiap anak, materi tidak dapat menggantikan kasih sayang yang diberikan. Penuhi jiwa anak dengan pujian dan dukungan secara psikis agar tidak mencari pengakuan di dunia maya. Kebersamaan adalah aspek penting dalam hubungan antar keluarga dan teman. Hindari together but alone untuk interaksi sosial yang memberdayakan.

0 komentar:

Posting Komentar